Polres Boyolali Bersinergi Dalam TMMD: Penyuluhan Bahaya Terorisme, Pernikahan Dini, dan Stop Boros Pangan
Boyolali - Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu krusial yang berpotensi mengancam keamanan dan kesejahteraan, Polres Boyolali bersinergi dalam menyelenggarakan penyuluhan bahaya terorisme, pernikahan dini, dan stop boros pangan. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Non Fisik TMMD Sengkuyung Tahap III Tahun Anggaran 2024 yang digelar di Aula Balai Desa Catur, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali pada Selasa (13/8/2024), siang.
Menanggapi kegiatan ini, Kapolres Boyolali AKBP Muhammad Yoga, melalui Kasihumas AKP Arif Mudi Prihanto, menyatakan komitmennya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. "Penyuluhan ini adalah bagian dari upaya sinergitas TNI-Polri dan Instansi terkait untuk memastikan bahwa masyarakat Boyolali memiliki pemahaman yang baik tentang bahaya terorisme, dampak pernikahan dini, dan pentingnya mengurangi pemborosan pangan. Kami berharap, melalui kegiatan seperti ini, masyarakat dapat lebih proaktif dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan lingkungan mereka," ujar AKP Arif.
Sementara itu dalam kegiatan ini Kanit Bintibsos Sat Bimas Polres Boyolali, Ipda Mustaqim, memimpin penyampaian materi terkait bahaya terorisme. Dalam penyuluhannya, Ipda Mustaqim menegaskan bahwa saat ini di wilayah Boyolali terdapat 14 eks narapidana teroris, di mana 12 di antaranya sudah dibina, sementara 2 orang masih membatasi diri dari interaksi sosial, dan 3 orang lainnya masih menjalani hukuman di Lapas. Ia juga menyampaikan bahwa wilayah Boyolali merupakan salah satu wilayah yang warganya pernah ada keterlibatan dalam kegiatan terorisme, hal ini tidak lepas karena lokasinya yang strategis dekat dengan Kota Solo.
Ipda Mustaqim juga memberikan imbauan kepada masyarakat untuk selalu waspada, menjaga keluarga dengan baik, serta mengenali lingkungan sekitar guna mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. "Mari kita jaga keluarga kita dengan baik, kenali lingkungan sekitar, dan selalu cek aktivitas anak-anak kita, terutama dalam penggunaan perangkat elektronik seperti ponsel," ujarnya.
Selain penyuluhan mengenai bahaya terorisme, acara ini juga diisi dengan penyuluhan tentang pernikahan dini oleh Ibu Sekar Ananda Qurata A'yun dari Forum Generasi Remaja (Genre). Beliau menjelaskan bahwa pernikahan dini masih sering terjadi akibat faktor adat, gaya pacaran, pendidikan, dan kehamilan di luar nikah. Dampak negatif dari pernikahan dini, seperti hilangnya masa remaja, risiko kehamilan tinggi, putus sekolah, dan stres, juga menjadi perhatian utama dalam penyuluhan ini.
Selanjutnya, Ibu Dian Mujiwiyati dari Pokja III TP PKK Kabupaten Boyolali memberikan materi mengenai pentingnya menghentikan kebiasaan boros pangan. Ia menyoroti bahwa setiap tahunnya sekitar 23 hingga 24 juta ton makanan terbuang menjadi sampah di Indonesia, yang sebagian besar merupakan dampak dari kebiasaan konsumsi pangan yang tidak habis, kesalahan dalam pengelolaan bahan pangan, serta kurangnya perencanaan belanja. Limbah pangan ini berkontribusi terhadap pemanasan global melalui pelepasan gas metana yang dihasilkan dari pembusukan bahan organik.
Melalui kegiatan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap bahaya terorisme, memahami pentingnya mencegah pernikahan dini, serta menyadari dampak buruk dari kebiasaan boros pangan. Dengan demikian, dapat tercipta kehidupan yang lebih aman, sehat, dan berkelanjutan di Kabupaten Boyolali.