Semarang, ZONAWARTA.COM – Di tengah tuntutan konsumen dan tekanan global untuk menjalankan bisnis yang berkelanjutan, perusahaan kini ditantang untuk berperan lebih dari sekadar menjual produk. Mereka diharapkan mampu memberi kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan.

LindungiHutan, melalui inisiatif Collaboratree, menghadirkan peluang bagi brand untuk mewujudkan komitmen lingkungan mereka. Program ini menawarkan tiga jalur kolaborasi yang bisa disesuaikan dengan karakter bisnis masing-masing: Product Bundling, Service Bundling, dan Project Partner.

Melalui tiga skema ini, perusahaan memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk keterlibatannya. Misalnya, dengan menggabungkan produk yang dijual dengan aksi penanaman pohon, menyisipkan kontribusi konservasi dalam layanan digital, atau membangun proyek jangka panjang di daerah yang terdampak perubahan iklim.

Sampai awal Mei 2025, lebih dari satu juta pohon telah ditanam di lebih dari 40 titik lokasi, mulai dari kawasan pesisir, hutan adat, hingga taman nasional. Secara kolektif, kegiatan ini berhasil menyerap lebih dari 400 ton karbon dioksida ekuivalen (CO₂eq).

Salah satu contoh implementasi Product Bundling dilakukan oleh sebuah brand lokal, yang setiap produk terjualnya mewakili satu pohon yang ditanam. Tak hanya itu, konsumen juga bisa mengakses laporan digital untuk memantau perkembangan pohon mereka, termasuk lokasi tanam, jenis spesies, hingga dampak karbon yang dihasilkan.

Pendekatan berbeda diambil oleh sebuah perusahaan teknologi finansial yang memanfaatkan skema Service Bundling. Dalam kerjasama ini, setiap transaksi dari layanan tertentu langsung dikonversi menjadi pendanaan untuk kegiatan penghijauan, khususnya di wilayah yang mengalami abrasi parah.

Sementara itu, perusahaan yang ingin memberikan dampak jangka panjang memilih menjadi mitra dalam skema Project Partner. Skema ini memungkinkan perusahaan berpartisipasi sejak tahap perencanaan proyek konservasi berbasis komunitas, mulai dari pemilihan lokasi, jenis vegetasi, hingga pelibatan petani lokal sebagai penggerak utama.

“Brand kini melihat keberlanjutan bukan sekadar citra, tapi bagian dari sistem nilai. Collaboratree membantu menjembatani niat baik itu dengan aksi nyata di lapangan,” ungkap Miftachur “Ben” Robani, CEO LindungiHutan.

Kontribusi melalui Collaboratree tak hanya memberikan dampak ekologis. Secara sosial, program ini juga telah memberikan manfaat signifikan. Berdasarkan data LindungiHutan, pendapatan petani lokal yang terlibat meningkat hingga 23 persen. Lebih dari 120 penggerak lingkungan pun telah aktif mendukung kegiatan konservasi ini di berbagai lokasi tanam. Inisiatif ini secara langsung turut mendukung tujuh dari 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), termasuk pengentasan kemiskinan, penciptaan pekerjaan layak, dan aksi terhadap perubahan iklim.

Menurut Aminul Ichsan, Kepala Yayasan LindungiHutan, kolaborasi lintas sektor adalah kunci keberhasilan. “Ini bukan soal menanam pohon dalam jumlah besar saja, tapi soal menumbuhkan ekosistem kolaborasi. Karena satu pihak tak bisa mengubah segalanya, tapi kolaborasi bisa,” ujarnya.

Dengan lebih dari 600 mitra hijau yang terdiri dari UMKM, perusahaan multinasional, institusi pendidikan, hingga komunitas lokal, LindungiHutan menegaskan perannya sebagai platform konservasi berbasis teknologi yang terbuka, fleksibel, dan mendorong pemberdayaan masyarakat.

Rekomendasi untuk Anda