Bekasi, ZONAWARTA.COM – Di tengah deru kemajuan teknologi transportasi publik, LRT Jabodebek tampil sebagai pionir. Ia bukan sekadar moda kereta otomatis pertama di Indonesia yang melaju tanpa masinis, tetapi juga simbol integrasi antara teknologi canggih dan pelayanan manusia. Meski dijalankan secara otomatis, peran petugas terlatih tetap tidak tergantikan.

Setiap rangkaian LRT Jabodebek memiliki garda depan yang siap siaga: para Train Attendant. Mereka bukan sekadar pendamping perjalanan, melainkan wajah pelayanan LRT di dalam kereta. “Walaupun sistem berjalan otomatis, keberadaan Train Attendant memastikan pengguna tetap mendapatkan pendampingan atau pelayanan bantuan, serta rasa aman selama perjalanan,” demikian disampaikan dalam penjelasan resmi.

Tugas para Train Attendant tidaklah sepele. Di kondisi darurat atau saat terjadi gangguan operasional, mereka harus siap bertindak cepat. Bahkan, jika diperlukan, mereka bisa mengambil alih kendali kereta secara manual.

Sebanyak 121 Train Attendant saat ini bertugas di LRT Jabodebek. Semuanya telah lulus sertifikasi sebagai Awak Sarana Perkeretaapian Otomatis yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Sertifikasi ini bukan sekadar formalitas. Sebelum mendapatkan pengakuan tersebut, mereka menjalani pelatihan intensif yang mencakup teori, praktik, dan simulasi penanganan keadaan darurat. “Setelah menyelesaikan pelatihan, mereka mengikuti proses sertifikasi resmi agar dapat menjalankan tugas sesuai standar keselamatan dan pelayanan yang berlaku.”

Setiap hari, para Train Attendant memulai tugasnya setidaknya satu jam sebelum kereta berangkat. Mereka menjalani pemeriksaan kesehatan, asesmen pra dinas bersama penyelia, dan memastikan semua kesiapan operasional di lapangan. Setelah naik ke kereta, mereka melakukan pengecekan komunikasi darurat dan koordinasi dengan pusat kendali operasi (OCC) sebelum perjalanan dimulai.

Meski bekerja dalam sistem otomatis, ritme kerja mereka diatur ketat sesuai regulasi. “Mereka bekerja mengikuti ketentuan waktu kerja yang ideal, yaitu enam jam per hari, sebagaimana diatur dalam peraturan ketenagakerjaan dan internal KAI.”

Standar internasional juga menjadi acuan utama dalam pengoperasian LRT Jabodebek. Sistem berbasis teknologi GoA3 (Grade of Automation 3) tetap mewajibkan kehadiran personel di dalam kereta. Tujuannya jelas: memastikan pelayanan optimal dan respons cepat saat kondisi darurat.

Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, menegaskan pentingnya kehadiran Train Attendant. “Kami menggabungkan teknologi dan pelayanan manusia untuk menghadirkan pengalaman perjalanan yang tidak hanya efisien, tetapi juga personal dan aman bagi setiap pengguna,” ujarnya.

Di balik kecanggihan sistem otomatis LRT Jabodebek, ada sosok-sosok yang menghidupkan pelayanan dengan sentuhan manusia. Lewat dedikasi mereka, transportasi publik bukan hanya soal sampai ke tujuan, tapi juga tentang rasa aman, nyaman, dan didampingi sepanjang perjalanan.

Rekomendasi untuk Anda