Transformasi Digital Tambang Lewat AI, Potensi Capai USD 308 Miliar
Jakarta, ZONAWARTA.COM – Transformasi digital tengah merambah ke berbagai sektor, tak terkecuali industri pertambangan di Indonesia. Dalam empat tahun terakhir, teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) telah dimanfaatkan oleh pelaku industri ini, membawa berbagai perubahan signifikan.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria, menaruh optimisme besar terhadap perkembangan ini. Ia menyampaikan bahwa dengan adopsi teknologi AI, Indonesia berpeluang menempatkan diri sebagai negara yang berpengaruh secara global, terutama dalam kurun waktu satu dekade ke depan.
“Pemanfaatan teknologi AI oleh pelaku industri pertambangan mengukuhkan posisi Indonesia sebagai global player dengan praktik pertambangan yang efektif, efisien dan berkelanjutan,” tegas Nezar dalam acara Indonesia AI Day for Mining Industry yang digelar di Jakarta Pusat pada Kamis (24/04/2025).
Lebih lanjut, ia menyoroti peran AI dalam mengoptimalkan berbagai aspek industri, mulai dari rantai pasok hingga proses produksi. Teknologi ini diyakini mampu mempercepat keseluruhan siklus pertambangan, dari eksplorasi, pengambilan produksi hingga distribusi mineral.
“Analisis data dan pengambilan keputusan yang diakselerasi oleh AI dapat mempercepat seluruh siklus mulai dari eksplorasi, pengambilan produksi hingga distribusi mineral,” tuturnya.
Nezar juga menjelaskan bahwa kombinasi antara machine learning dan computer vision telah memungkinkan pengerjaan satu lahan pertambangan hanya dalam hitungan jam—sebuah lompatan besar dibandingkan pengerjaan manual yang bisa memakan waktu hingga satu minggu.
“Karena AI mampu meningkatkan produktivitas. Dan ini memang tujuan dari adopsi teknologi AI dengan potensi mencapai USD 308 Miliar. Kemampuan otomasi juga membantu mengurangi beban kerja dan waktu bagi penambang, sehingga dapat fokus pada high value activities, misalnya inovasi dan kreativitas bisnis,” jelasnya.
Namun, ia juga menyadari adanya kekhawatiran terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan pada tenaga kerja. Meski begitu, Nezar menegaskan bahwa penggunaan AI justru membuka jalan bagi nilai tambah dan keberlanjutan industri tambang.
“Selain itu, risiko dampak lingkungan dapat lebih minimal juga dapat menerapkan dekarbonisasi dan pengelolaan limbah penambangan,” ujarnya.
Ke depan, ia melihat adanya pergeseran tren pemanfaatan teknologi AI yang lebih ramah lingkungan, terutama melalui penggunaan GPU (Graphics Processing Unit) yang lebih hemat energi.
“Saya kira ini harus menjadi komitmen di masa depan karena penggunaan AI otomatis membutuhkan energi. Trend ke depan, akan ada persaingan pengembangan industri AI yang less power consumption,” tandasnya.
Sumber: Komdigi