Surabaya, ZONAWARTA.COM – Seorang pasien berusia 59 tahun, Tin Siong Djing, menunjukkan pemulihan yang sangat cepat setelah menjalani operasi jantung minimal invasif atau Minimally Invasive Cardiac Surgery (MICS) di RS Kemenkes Surabaya. Berbeda dari operasi konvensional yang mengharuskan pembelahan tulang dada, teknik ini hanya membutuhkan sayatan kecil sehingga proses penyembuhan menjadi jauh lebih singkat.
Tin sebelumnya telah menunggu antrean operasi selama satu tahun di rumah sakit lain dan bahkan sempat mempertimbangkan untuk melakukan tindakan medis di luar negeri. Pada September 2025, ia mengalami serangan jantung berulang dan akhirnya dirawat di RS Kemenkes Surabaya.
Tim Jantung RS Kemenkes Surabaya yang beranggotakan dokter jantung dan dokter spesialis bedah jantung melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan tindakan terbaik, apakah pemasangan ring atau prosedur operasi. Setelah diskusi klinis, tim memutuskan untuk melakukan operasi coronary artery bypass grafting (CABG) atau operasi pintas pembuluh darah koroner.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang meninjau secara langsung proses perawatan menjelaskan bahwa inovasi MICS telah mengubah praktik operasi bypass jantung. Jika dahulu akses ke jantung memerlukan sayatan besar pada tulang dada, kini dokter cukup membuat sayatan kecil di sela tulang iga untuk melakukan prosedur.
“Sekarang, dengan teknologi baru, tidak perlu membuka atau membelah dadanya. Tapi cukup bikin sayatan kecil. Alatnya dimasukin. Kemudian operasinya dilakukan,” ujar Menkes Budi.
Operasi yang dilakukan kepada Tin menggunakan metode off-pump, yakni teknik pembedahan yang tetap mempertahankan denyut jantung tanpa bantuan mesin jantung-paru.
“Off-pump itu istilahnya jantung nggak diberhentiin. Efek sampingnya jauh lebih sedikit dibanding on-pump,” jelas Menkes Budi.
Dokter bedah jantung yang menangani pasien, dr. Nata, menuturkan bahwa pendekatan dengan sayatan kecil kini telah menjadi standar baru dalam bedah jantung modern.
“Yang kita harapkan itu lukanya lebih kecil, penyembuhannya lebih cepat, dan yang paling penting itu kualitas hidup pasiennya pasti jauh lebih baik,” katanya.
Operasi yang ditempuh Tin berlangsung kurang lebih tiga setengah jam hingga tahap penutupan kulit. Proses pemasangan X-tube hanya memerlukan waktu 10 jam, memungkinkan masa rawat pasien menjadi jauh lebih singkat dibanding operasi jantung konvensional.
Tin Siong Djing menyampaikan rasa puasnya terhadap layanan rumah sakit, mulai dari kecepatan perawatan hingga profesionalisme tenaga medis.
Di akhir kunjungan, Menkes Budi mengingatkan pasien untuk menjaga pola hidup sehat serta mengajak masyarakat lebih percaya pada kemampuan fasilitas kesehatan nasional.
“Jangan lupa bilang ke teman-teman tidak usah berobat ke luar negeri, karena di sini sudah bisa melakukan tindakan yang canggih,” ujarnya kepada Tin.
Sumber: Kemenkes RI




